Oleh : Jhojo Rumampuk
LINTASPOST.ID, TAJUK – Apa jadinya jika penegak hukum justru dikorbankan demi melindungi penjahat?
Apa yang sedang terjadi di Kabupaten Boalemo bukan lagi sekadar persoalan tambang ilegal, tapi sudah menjadi aib institusional dan krisis moral aparat penegak hukum.
Martin, pelaku utama pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Boalemo, bukan hanya tidak ditangkap, tapi justru menantang institusi Polri secara terbuka.
Ia meminta legalitas untuk aktivitas ilegalnya, dengan dalih demi rakyat. Lebih anehnya lagi, oknum aparat Polda Gorontalo disebut-sebut jadi bekingnya, mulai dari Kasubdit Tipidter hingga salah satu Kasubdit Intel.
Kapolres Boalemo yang berani menindak PETI justru dilawan. Ini bukan hanya penghinaan terhadap polisi yang masih punya integritas, tapi bentuk kekalahan hukum di hadapan mafia tambang.
Ini bentuk nyata kejahatan terorganisir yang masuk ke dalam tubuh negara.
Publik dibuat geram dan geleng kepala ketika seorang pelaku PETI, Martin, yang seharusnya dijadikan contoh penegakan hukum, justru bebas berkeliaran.
Jika seorang kriminal bisa membuat institusi hukum tunduk, maka negara sudah selangkah menuju kehancuran.
Tambang ilegal bukan hanya soal kerusakan lingkungan ini tentang kehormatan negara yang diinjak-injak!
Mungkin hukum hari ini bisa dibeli dengan lobi, dibengkokkan oleh tekanan elit, atau bahkan dilumpuhkan oleh oknum internal, maka jelas, yang sedang dipertaruhkan bukan hanya marwah institusi Polri, tapi juga masa depan keamanan daerah.
Boalemo akan menjadi contoh buruk jika skenario ini dibiarkan, maka penjahat naik pangkat, polisi baik dimatikan kariernya, dan rakyat hanya dijadikan penonton.
Kita harus bertanya keras kepada Kapolda Gorontalo:
1. Kenapa Martin masih bebas?
2. Kenapa polisi yang tegas malah disingkirkan?
3. Kenapa institusi Polri diam saat moral aparat dijual murah demi setumpuk emas?
Kalau diam dianggap strategi, maka institusi telah bersekongkol!
Cukup sudah sandiwara ini Pak Kapolda Gorontalo, sudah saatnya PETI di Gorontalo ditutup total.
Apakah kita akan terus membiarkan tambang ilegal merusak lingkungan, merampas masa depan anak cucu, dan menjadi sumber konflik sosial yang tak berujung? Apakah aparat penegak hukum harus selalu kalah oleh kekuatan uang
Tidak ada negosiasi dengan pelanggar hukum. Tidak ada kompromi dengan pengkhianat negara!
Jika tidak:
– Akan lebih banyak polisi jujur dikorbankan.
– Akan lebih luas kerusakan hutan, sungai, dan masa depan generasi.
– Akan lebih dalam kecurigaan rakyat pada Polri dan Pemerintah.
Negara ini tidak boleh tunduk kepada penjahat berseragam tambang. Jika institusi tidak dibersihkan, maka rakyat sendiri yang akan menuntut di jalanan.
Hentikan pembiaran. Hukum harus berdiri tegak. Atau siap-siap Polri kehilangan kehormatan di mata publik.
Martin bukan korban, dia adalah penjahat!
Dan siapapun yang melindunginya adalah bagian dari kejahatan itu.
Tidak ada alasan lagi untuk membiarkan aktivitas PETI tetap berjalan. Ini bukan sekadar soal ekonomi lokal, tapi soal supremasi hukum dan keberlangsungan hidup masyarakat serta lingkungan.
Jika PETI tidak ditutup:
Akan lebih banyak polisi baik yang menjadi korban karena berani melawan sistem gelap.
Akan lebih banyak oknum aparat “jahat” yang merasa kebal dan memperdagangkan jabatan.
Dan yang paling tragis, daerah tidak akan pernah kondusif, karena hukum telah digantikan oleh premanisme berkedok tambang rakyat.
Jangan biarkan Gorontalo menjadi ladang konflik akibat pembiaran.